politicalphishing.com – Dinas Kesehatan Kota Bandung telah menetapkan empat kelurahan di Kecamatan Ujungberung sebagai sasaran baru untuk penerapan Nyamuk Wolbachia, sebuah inisiatif untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus demam berdarah. Ira Dewi Jani, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinkes Kota Bandung, menyatakan bahwa program ini adalah kelanjutan dari pilot yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Evaluasi Pilot Sebelumnya:
Pilot awal di Kelurahan Pasanggrahan menghadapi beberapa tantangan signifikan, termasuk tingkat penerimaan yang rendah dari masyarakat, yang mengakibatkan efektivitas yang kurang dari optimal. “Dari keempat RW di Kelurahan Pasanggrahan, hanya 67,5% yang mencapai target. Kendala utama adalah penolakan dari warga, yang disebabkan oleh misinformasi mengenai nyamuk Wolbachia,” ungkap Ira.
Strategi Perluasan:
Menyikapi hasil kurang memuaskan tersebut, Dinkes kini mengarahkan fokusnya pada empat kelurahan lain di Ujungberung, yaitu Pasir Endah, Pasir Wangi, Pasir Jati, dan Cigending. “Kami akan meningkatkan upaya sosialisasi dan pendataan warga yang bersedia menjadi orang tua asuh untuk ember nyamuk Wolbachia,” kata Ira. Istilah “orang tua asuh” di sini merujuk pada warga yang mengizinkan penempatan ember yang berisi bibit nyamuk Aedes aegypti yang telah diinfeksi Wolbachia di properti mereka.
Monitoring dan Evaluasi:
Sejauh ini, Dinkes menghadapi kendala dalam mencapai target penyebaran yang ditetapkan bersama Kementerian Kesehatan RI. Misalnya, dari target awal penyebaran 35% di minggu pertama, hanya 14% yang tercapai. “Kami membutuhkan strategi komunikasi yang lebih baik untuk mencapai masyarakat di tingkat akar rumput, bukan hanya stakeholder,” ujar Ira.
Harapan ke Depan:
Ira optimistis bahwa dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan komunikasi yang efektif, implementasi nyamuk Wolbachia akan berhasil. “Kami berharap, dengan sosialisasi yang lebih intensif, penerimaan masyarakat akan meningkat, dan kita dapat melihat dampak positif dari program ini dalam 1-2 tahun ke depan,” pungkasnya.
Dengan pengalaman dari pilot awal, Dinkas Kota Bandung berusaha untuk mengadaptasi dan mengoptimalkan program ini, sehingga dapat lebih efektif dalam mengurangi kasus demam berdarah di masa yang akan datang.