politicalphishing.com

politicalphishing.com – Tragedi menyelimuti sebuah keluarga di Kota Batu, Jawa Timur, setelah RKW, siswa berusia 12 tahun dari SMP Negeri 2 Kota Batu, meninggal dunia akibat dianiaya oleh beberapa teman sekelasnya. Kejadian ini bermula dari sebuah permintaan sederhana untuk membantu mencetak tugas yang kemudian berkembang menjadi pertikaian fatal.

Menurut R, saudara kembar korban, insiden tragis tersebut terjadi pada malam hari tanggal 28 Mei, ketika A, seorang teman sekelas, meminta RKW untuk membantu mencetak tugas sekolah. RKW menolak permintaan tersebut mengingat waktu itu sudah larut, yang membuat A marah dan akhirnya menantang RKW untuk berkelahi. RKW tidak merespons tantangan tersebut dan memilih untuk memblokir nomor A.

Keesokan harinya, setelah sekolah, RKW bertemu dengan A dan empat teman lainnya di dekat sebuah vila di Songgokerto. Di lokasi tersebut, RKW dikeroyok oleh dua dari lima temannya, sementara satu orang lainnya merekam kejadian tersebut dan dua lainnya hanya menyaksikan.

R menceritakan bahwa setelah kejadian itu, RKW sempat pulang ke rumah dengan ditemani sampai SPBU dekat Balai Kota Among Tani. Baru pada hari berikutnya, RKW mengungkapkan kepada R bahwa dia merasa sakit di beberapa bagian tubuh akibat pukulan dan tendangan yang diterimanya.

Keluarga tidak segera menyadari kondisi serius RKW hingga korban mengeluh sakit kepala pada hari Jumat pagi, dan dibawa ke Rumah Sakit Hasta Brata Kota Batu. Sayangnya, RKW dinyatakan meninggal pada pukul 11.00 WIB.

Polisi kini telah mengamankan lima tersangka yang diduga terlibat dalam pengeroyokan tersebut dan sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut. AKP Rudi Kuswoyo, Kasat Rekrim Polres Batu, mengkonfirmasi bahwa para tersangka sedang dimintai keterangan dan proses hukum terhadap mereka masih berlangsung. Selain itu, polisi juga berencana untuk melakukan autopsi pada jenazah RKW untuk menentukan penyebab pasti kematian dan akan mempelajari rekaman video pengeroyokan yang didapatkan dari salah satu pelaku.

Tragedi ini telah menarik perhatian publik terhadap isu kekerasan di kalangan pelajar dan meningkatkan kekhawatiran mengenai keselamatan anak di sekolah.